Ancient Gluten Free Grains – Sorghum Bread

Kami membudidayakan pangan lokal yang beraneka ragam. Untuk sumber karbonya kami memiliki sorghum, talas bogor, ubi cilembu, ubi orange, ubi ungu, singkong, jagung pulut, ganyong, irut, labu dan iles-iles . Sebagian masih mengandung gluten, tidak masalah karena sebagiannya sudah gluten free atau kami buat supaya gluten free, misalnya singkong dapat kami olah menjadi mocaf.

Khusus yang gluten free, ini memiliki tempat yang spesial di hati kami. Apabila masih bertanya apa itu gluten dan mengapa gluten itu kurang baik, silahkan dibaca postingan yang ada di ig @kampungsorghum, disana pula sudah dijabarkan mengapa kita perlu mengkonsumsi sorghum sebagai bahan pangan, kalau toh belum bisa menjadi yang utama tidak apa-apa, yang penting sudah mencoba membiasakan keberagaman dalam pangan keseharian. Jadiiii….ingat yaaaa, para permaculturist….diversity is not always in a form of your garden, it should be on your plate and your stomach too.

Diantara yang gluten free, dari sorghum, mocaf, ganyong, irutsorghum merupakan grains yang paling versatile untuk diolah menjadi apapun. Dari mulai pangan utama yang berfungsi sebagai beras atau berondong dan wine, menjadi tepung untuk diolah berbagai penganan (tetap harus dikombinasi dengan tepung irut atau mocaf sebagai pengikat) bahkan kami pakai bekatul sorghumnya untuk membuat cookies (tapi khusus ini harus head to head berantem dan berebutan dengan para unggas yang juga keranjingan sorghum yaaa ahahahhahaha).

Resep roti sorghum kami dapatkan dari keluarga @abahsorghum. Hasilnya mirip roti tepung terigu biasa, hanya saja ada sedikit tambahan nutty flavour dan texture yang sedikit masir (seperti whole wheat bread) and according to our taste bud. This bread have a deep flavour and aroma. Magnificent.

And because it is gluten free, anak2 yang menderita autis, sindrom dan low immunity bisa bebas menyantap camilan ini. Sayangnya kami belum mengganti dengan gula rendah kalori karena persediaan gula sorghum dan gula stevia kami sedang habis.