Proses pendinginan menjaga makanan dengan memperlambat pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme serta aksi enzim yang menyebabkan makanan membusuk. Sebelum era pendinginan secara mekanis dan modern ditemukan, pendinginan untuk penyimpanan makanan terjadi dalam bentuk gudang bawah tanah. Penduduk Amerika dan Eropa tahun 1700an menyimpan semua hasil panenan di gudang bawah tanah. Gudang bawah tanah ini dibuat, selain sebagai tempat penyimpanan hasil panen juga berfungsi sebagai tempat perlindungan dari bencana alam angin puting beliung yang sering terjadi di daerah selatan.
Pada masa pioneer tersebut, setiap musim salju tiba, mereka akan membuat dan menyimpan balok es. Balok es didapatkan dari hasil menggergaji lapisan es tebal yang ada di atas danau (pekerjaan ini biasa dilakukan secara komunal) kemudian balok-balok tersebut akan diangkut pulang dan disusun menyerupai kubah atau atau dapat dibuatkan bangunan khusus penyimpanan balok es (ice house) dengan terlebih dahulu melapisi balok-balok es tersebut menggunakan sekam, serutan gergaji dan jerami kering pada setiap lapisan, permukaan dan celahnya, sehingga tumpukan yang dihasilkan amat besar dan tebal dengan lapisan sekam, serbuk gergaji dan jerami diantara balok – balok tersebut. Didalam design bangunan ice house tersebut juga akan dibuat lapisan insulasi tebal yang berfungsi untuk menjaga suhu tetap minus. Didalam bangunan ini akan ditaruh susu atau campuran dari krim kental, gula dan telur sebagai bahan pembuat es krim. Tumpukan balok es ini begitu tebal dan terlindungi sehingga akan tahan hingga musim panas dan gugur. Penduduk desa terpencil di jepang juga sering merendam buah berkulit keras seperti semangka di aluran air mengalir di sungai-sungai bersihnya untuk mendinginkan buah tersebut sebelum dikonsumsi.
Di zaman modern seperti sekarang ini, kita telah dimudahkan dengan penemuan lemari es, sehingga dengan gampangnya kita dapat menyimpan makanan lebih lama. Akan tetapi metode pendinginan ini merupakan metode paling lemah dalam hal pengawetan dan penyimpanan makanan, sehingga tidak terlalu memberi value kepada pengolahan end product karena memiliki masa simpan yang singkat.