Gambaran Mengenai Carbon Footprint Atau Jejak Karbon

Kita kembali ke jaman masa now. Jaman sekarang ini, dimana manusia menjadi semakin praktis dan instant. Akhirnya ada demand untuk menyediakan semua kebutuhan manusia. Yess…ingat prinsip ekonomi, dimana ada demand disitu pasti ada supply.

Akhirnya segala yang kita butuhkan, bayangkan bahkan impikan ada didepan mata. Sounds a very amazing condition. Semua sudah diurus oleh industri, kita hanya sediakan uang and beres.

Seperti gambaran dipostingan sebelumnya mengenai CO2. Bayangkan kumpulan manusia disatu tempat melakukan aktifitas berat, berapa banyak CO2 yang dihasilkan? Berapa banyak energi yang dipakai? Berapa banyak sumber daya air yang habis dipakai? Unimaginable bukan? .

Lha wong saya cuma beli coklat Masa saya ikutan menanggung dosa emisi dan jejak karbon??

Emhh…secara rupiah, 20.000 untuk sebungkus coklat memang kecil tapi apakah anda menyadari betapa besar energi yang dipakai untuk PROSES MENANAM TANAMAN CACAO – PROSES MAINTENANCE TANAMAN CACAO – PROSES MEMANEN BUAH CACAO – PROSES PASCA PANEN – PROSES DELIVERY HASIL PANEN KE PABRIK – PROSES PEMBUATAN COKLAT DENGAN MENAMBAHKAN CACAO DENGAN DENGAN BAHAN TAMBAHAN GULA dsb – PROSES PENGEMASAN – PROSES INVENTORY DI GUDANG UTAMA – PROSES DISTRIBUSI KE SELURUH NEGARA DAN TEMPAT PENJUALAN – PROSES PENJUALAN BAIK DI SUPERMARKET ATAU TOKO – PROSES PEMBELIAN COKLAT BATANG OLEH KONSUMEN – PROSES KONSUMSI COKLAT – PROSES PEMBUANGAN KEMASAN.

Mari kita bahas lebih detail lagi,
Sang petani cacao dari proses menanam dan maintenance membutuhkan pupuk dan pestisida bukan? Pupuk dan pestisida itu melewati proses yang sama seperti pembuatan coklat bukan?

Saat proses pasca panen, petani juga harus melalui proses pencucian bukan? Nah ini membutuhkan air ribuan bahkan ratusan ribu liter bukan? Petani juga harus melalui proses pengemasan bukan? Kemasannya juga melewati proses yang sama seperti pembuatan coklat bukan?

Oke, sekarang kita cek asal usul bahan pembuatan coklat batangan, cacao beans nya berasal dari negara mana? Bahan tambahan baik berupa gula, susu, zat pati, perisa dan sebagainya berasal dari negara mana? Bahan – bahan tambahan ini juga harus melalui proses yang sama seperti pengolahan cacao diatas bukan? Semakin banyak bahan tambahan pembuatan coklat, artinya semakin banyak proses yang terlibat didalamnya. Apalagi kalau bahan utama cacao dan bahan tambahannya berasal dari negara yang jauh (import) bisa dibayangkan berapa kali lipat proses dan aktifitas didalamnya.

Sekarang kita bahas masalah kemasan. Kemasannya dari apa? Biasanya kemasan coklat batangan terdiri dari lembaran aluminium foil, kertas pembungkus dan plastik pembungkus luar. Untuk coklat kalengan, biasanya terdiri dari wadah bagian dalam toples atau kaleng coklat yang terbuat dari plastik, toples yang terbuat dari kaleng atau plastik atau kaca serta lapisan pembungkus luar dari plastik. Nah kemasan ini juga melalui proses yang sama seperti pembuatan coklat bukan? Semakin banyak jenis kemasan dalam sebatang coklat, artinya semakin banyak proses yang terlibat didalamnya. Apalagi kalau bahan utama kemasan berasal dari negara yang jauh (import) bisa dibayangkan berapa kali lipat proses dan aktifitas didalamnya.

Oke. Sekarang kita bahas masalah bahan bakar. Berapa liter bahan bakar yang dihabiskan oleh petani dari mulai proses penanaman hingga proses pasca panen? Berapa liter bahan bakar yang dihabiskan oleh pabrik pengolahan dari mulai penjemputan bahan baku, pengolahan hingga distribusi di supermarket, mall atau toko? Berapa liter bahan bakar yang dibutuhkan supermarket, mall atau toko dalam proses invetory coklat, proses display hingga penjualan di tangan konsumen? Berapa liter bahan bakar yang dihabiskan oleh konsumen untuk melakukan pembelian sebatang coklat?

Yang harus kita ingat juga, bahwa saat produk coklat itu sampai ditangan supermarket, mall atau toko, ada beberapa proses yang harus dilalui supermarket, mall atau toko tersebut sebelum mejual habis produknya. Tempat – tempat itu juga butuh energi untuk membeli lemari penyimpanan. Lemari tersebut juga melalui proses yang sama seperti pembuatan coklat bukan? Untuk proses display, baik di supermarket, mall dan tokonya juga butuh lampu, hiasan dan sebagainya? Perlu diproduksi juga bukan? Dan produksinya sama seperti proses produksi coklat batangan.

Secara hitungan kok impossible ya sesuatu yang complicated seperti proses diatas bisa kita tebus dengan harga hanya 20 ribuan? Kok bisa? Iyess, that’s called industry. Mereka menekan harga ke petani serendah mungkin, menambahkan bahan subtitusi atau tambahan sebanyak mungkin dan menggunakan kemasan termurah. Serta memproduksi dalam jumlah atau kuantiti yang amat banyak.

Berati semua yang kita lakukan, konsumsi dan beli menghasilkan jejak karbon dong? Tentu saja.

Lha berati untuk mengurangi jejak karbon kita harus balik ke peradaban purba dong? Ya enggak juga esmeralda! Waktu jelas tidak dapat diputar, tetapi kebijaksanaan bisa ditambah. Pelajari lagi postingan sebelumnya…. Kuncinya adalah semua produk apalagi produk hasil industri memiliki jejak karbon terbanyak.

Semakin jauh asal bahan baku berati semakin besar jejak karbonnya.

Semakin produk tersebut banyak bahan campurannya berati semakin besar pula jejak karbonnya.

Semakin bahan baku diperoleh secara massal berati semakin banyak penggunaan pestisida dan pupuknya dan semakin besar pula jejak karbonnya.

Semakin ribet dan complicated kemasannya berati semakin besar jejak karbonnya.

Semakin mewah toko yang menjualnya berati semakin besar pula jejak karbonnya.

Tapi kan industri menguntungkan? Said whom? To whom? Sampai berapa level kesejahteraan yang dihasilkan oleh industrialisasi itu turun? Apakah sudah “fair share” apakah sang petani yang menghasilkan bahan baku ikut terkena dampaknya? Diluar negeri mungkin iya, petani lokal yang memiliki lahan luas mungkin iya. Tapi bagaimana dengan petani kecil?

Itu sebabnya banyak aktifis yang menggerakkan “go local” atau “use local product” dan “eat real food” dengan harapan para petani kecil yang tidak kebagian kue keuntungan fantastis industry tersebut sedikitnya dapat menyicipi. Sudah banyak pula produk – produk lokal yang mensupport petani lokal dengan gerakan “fair trade”. See, there always a wise solutions rather than debating about fair or unfair.