Ketahanan Pangan – Protein

Ketahanan Pangan – Protein

Seperti yang sudah kami dongengkan berkali-kali, di lahan urban permaculture kami yang hanya bekisar 750 m2 ini kami sudah dapat sustain dari tanaman sayur, herba, rimpang, buah serta protein. Hanya 10% bahan kami beli diluar (garam, gula pasir, tepung, cengkeh, kemiri, pekak), foraging dari hutan sekitar (alpukat, alkesa, kelapa) atau barter dari rekan (kayu manis, gula semut, beras). Hal ini dapat kami lakukan dengan metode permaculture bukan metode lainnya apalagi metode organik yang mengutamakan tanaman annual. Yes, organik suitable untuk kebutuhan bisnis namun tidak suitable for your daily needs. You need perrenial and biennial to survive daily.

Kembali ke pembahasan ketahanan pangan. Khusus untuk supply protein kami dapatkan dari ikan, entog, soang, bebek, ayam petelur tua, kelinci, domba dan kambing ettawa. Khusus untuk telur kami dapatkan dari ayam petelur, bebek dan entog. Untuk supply protein yang berasal dari unggas dan ikan, sudah dapat dilaksanakan sejak akhir tahun pertama pemeliharaan dengan minimal sepasang. Sedangkan untuk domba dan kambing baru dapat dilaksanakan di akhir tahun ke-2 pemeliharaan, dengan catatan diawal tahun dengan 1 pejantan dan 4 betina. Karena kami bukan karnivor dan lebih banyak mengkonsumsi plant based food, kami tidak membutuhkan protein hewani yang terlalu banyak. Jadi jumlah itu amat cukup bahkan berlebih bagi kami. Proses pemanenan protein biasa kami lakukan serentak, di tahun ini akan kami lakukan beberapa hari lagi setelah selesai beberes kebun. Kami akan panen sepuluh ekor unggas dan seekor domba.