Perbedaan Pertanian Organic vs Permaculture

Perbedaan organik dan permaculture

Perbedaan antara pertanian organik itu amat besar (selain keterangan yang ada di gambar), diantaranya :

Pertanian Organik
1. Pertanian organik seringkali melakukan pembukaan lahan seperti pertanian konvensional, yaitu dengan membabat hutan atau menebang pohon.
2. Sebagian besar pertanian organik memiliki pola tanam monokultur sehingga akan menghasilkan hasil yang besar untuk satu produk.
3. Sebagian besar pertanian organik memilih untuk menanam annual vegetables, sehingga biasanya product akan panen bersamaan atau waktu berdekatan.
4. Pola pertanian organik membutuhkan ongkos operasional yang amat besar baik dari metode pengairan (karena annual memiliki akar pendek sehingga ketergantungan kepada penyiraman manual), pemupukan dan penanganan hama serta pekerjaan pasca panen yang terus menerus dilakukan untuk annual vegetables.
5. Pertanian organik menggunakan pestisida dan pupuk buatan pabrikan dengan brand organik yang mengakibatkan penambahan jejak karbon.
6. Pertanian organik menggunakan mulsa plastik untuk menekan gulma.
7. Pertanian organik menjual hasil panenan dalam bentuk mentah sehingga memiliki resiko dan penambahan biaya dalam hal penyimpanan.
8. Pertanian organik seringkali tidak mengolah limbahnya sendiri.
9. Dalam pertanian organik, menggunakan listrik sebagai sumber energi utama.
10. Tidak perlu mengintegrasikan lahan pertanian dengan hewan ternak.
11. Bentuk dan design pertanian organik amat mirip dengan pertanian konvensional, bahkan tidak ada perbedaan besar sama sekali.
12. Dalam pola pertanian organik, lingkaran proses akan berhenti di proses jual hasil panen (Proses pengolahan Tanah – Proses penanaman – Proses perawatan – Proses panen – Proses pasca panen).

Permaculture
1. Dalam permaculture tidak diperbolehkan proses menebang pohon yang telah ada dan merubah landscape asal.
2. Pola penanaman pada permaculture adalah pola polyculture dengan kombinasi pohon buah, sayur, herba, umbi, bunga dalam satu lahan.
3. Pola penanaman dalam lahan permaculture terdiri dari minimal 70% perrenial : 20% bienial : 10% annual. Sehingga didalam lahan permaculture, hasil panenan dapat dinikmati sepanjang tahun tanpa henti.
4. Dalam permaculture ongkos operasional amat kecil karena menggunakan pola penanaman polyculture dan stacking function sehingga tidak membutuhkan metode pengairan serta pemupukan seperti di pertanian organik.
5. Wajib untuk melakukan proses pengolahan limbah dan sampah di dalam lahan permaculture untuk dijadikan pupuk dan pestisida alami sehingga mengurangi bahkan mendekati nol jejak karbon.
6. Didalam lahan permaculture, proses mengurangi gulma menggunakan mulsa alami organik seperti sekam, daun kering, batang kering, koran, kardus, kertas, jerami dan sebagainya. Mulsa ini selain berfungsi sebagai mana fungsi mulsa pada umumnya, juga akan bertindak sebagai kompos tambahan setelah malalui proses penguraian.
7. Salah satu persyaratan permaculture adalah kewajiban untuk mengolah hasil panenan serta menjual hasil olahan panen untuk menambah harga jual serta mengurangi resiko dari proses penyimpanan.
8. Di dalam permaculture, merupakah kewajiban untuk melakukan proses pengolahan semua limbah dari sampah organik, sampah anorganik hingga limbah air kotor.
9. Di dalam permaculture, akan mendahulukan penggunaan energi alam (matahari, angin, air) terlebih dahulu.
10. Wajib mengintegrasikan lahan permaculture dengan hewan ternak.
11. Bentuk dan design lahan permaculture amat jauh berbeda dan dibandingkan konvensional.
12. Di dalam pola permaculture, terdapat lingkaran proses yang terus memutar dan tidak terputus.