Fair Share, An Eye Opener

Fair Share, An Eye Opener

Etika permaculture ini mungkin tampak seperti membentuk kembali kepedulian terhadap orang-orang – penekanan ke orang (people), akan tetapi sebenarnya lebih luas lagi pengertiannya, yaitu mengacu kepada pengambilan keputusan yang bijaksana mengenai berapa banyak yang sebenarnya perlu diproduksi dan bagaimana sumber daya, produk, dan energi itu dapat secara adil disediakan bagi diri sendiri dan orang LAIN (others). “LAIN” /others ini pengertiannya tidak hanya dalam konteks masyarakat tetapi juga dalam konteks ekologis yang terdiri dari makhluk (tanaman, hewan, mikroorganisme) dan entitas lainnya (sungai, fitur geologi) dalam biosfer.

Salah satu contoh dari gagasan yang lebih luas tentang pembagian yang adil ini adalah konsep Half-Earth yang diperjuangkan oleh ahli biologi E. O. Wilson.

Mempertimbangkan dampak luas dan konsekuensi dari urbanisasi dan pembangunan manusia terhadap flora dan fauna lokal dan migrasi.

Dr. Wilson mengusulkan bahwa dalam sebidang tanah yang luas perlu sebagian dirancang untuk tujuan alam saja, dan dalam hal ini sekitar 50% dari luasan bumi yang dapat dihuni. Jumlah ini tampaknya seperti kompromi yang adil untuk melawan kebutuhan peradaban manusia.
Beberapa permaculturist luar yang memiliki lahan luas memang rela mendonasikan sebagian lahannya untuk ekosistem alami artinya sebagian dari lahan tersebut dibebaskan untuk kehidupan satwa sehingga satwa tersebut tidak akan masuk dan mengganggu produktifitas dari setengah lahan yang ditanami tanaman pangan, seems to be fair for the animals, tapi untuk diterapkan di Indonesia ini masih tanda tanya karena perbedaan kekuatan finansial yang dimiliki.

Well, mendiskusikan masalah diatas tentu tidak akan selesai juga, karena jelas akan ada perdebatan mengenai masalah ekonomi.

But we could do a small thing first, seperti adillah terhadap hewan dan mikroorganisme yang ada disekeliling dan ada dikebun. Yess, baik kodok, katak, cacing, belatung, siput dan binatang yang tidak “lucu” lainnya terkadang membuat jijik dan secara sengaja atau tidak disengaja kita mengusir mereka dari pandangan, padahal mereka memiliki fungsi sendiri dalam lingkungan.

Well…apakah selama ini kita sudah adil kepada mereka?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *